Dilaksanakan pada hari Jumat – Sabtu, 14 – 15 Maret 2025 di LPP Sinode GKJ dan GKI SW Jateng, Samironobaru No. 77, Kompleks LPPS Yogyakarta
Semiloka Pendamping Remaja
Dari percakapan tentang pelayanan remaja Gereja pasca pandemi, dijumpai bahwa pelayanan remaja mengalami penurunan. Realitas tersebut perlu dibaca sebagai sebuah panggilan bagi gereja untuk mengambangkan pelayan remaja yang relevan.
Bagaimana mengembangkan pelayanan remaja yang relevan? Lembaga Pembinaan dan Pengaderan Sinode GKJ dan GKI SW Jateng (LPP Sinode) mengadakan Semiloka pendamping remaja. Kegiatan tersebut diadakan pada tanggal 14-15 Maret 2025. Kegembiraan dan keseriusan terlihat dalam diri para peserta yang mengikuti Semiloka dengan tekun.
Beberapa topik yang diangkat dalam Semiloka ini antara lain:
- Sharing Pelayanan Remaja. Melalui sharing pelayanan, peserta saling berbagi pengalaman menggembirakan, impian pelayanan remaja di masa yang akan datang serta apa yang akan dilakukan untuk mewujudkan impian pelayanan tersebut.
- Konsep Pelayanan Remaja. Berangkat dari pertanyaan “Ke mana arah pelayanan remaja di gereja kita?” peserta diajak untuk memahami konsep pelayanan remaja gereja. Pelayanan remaja didasarkan pada teologi inkarnasi. Inkarnasi Yesus menjiwai semangat pelayanan.
- Peran dan spiritualitas pendamping remaja. Apakah pelayanan pada remaja dilakukan dengan semangat dan kasih? Pendamping berperan seperti gembala yang mengenal, menjaga dan menumbuhkan domba-dombanya. Semangat menggembalakan bertumbuh dari relasi yang hidup bersama Tuhan Yesus (spiritualitas).
- Mengenal Generasi Z dan Generasi Alpha. Remaja saat ini terdiri dari generasi Z akhir dan generasi Alpha awal. Tiap generasi memiliki ciri-ciri tertentu, yang berbeda dari generasi-generasi sebelumnya. Maka perlu dipelajari teori Generasi dari bidang sosiologi. Mengingat gerenasi Z dan Alpha merupakan digital native, maka digital ministry (pelayanan digital) merupakan keharusan. Pelayanan digital adalah seperangkat praktik yang memperluas perawatan spiritual, formasi, doa, penginjilan, dan perwujudan rahmat lainnya ke dalam ruang online seperti facebook, twitter, dan youtube, di mana semakin banyak orang berkumpul untuk memelihara, mengeksplorasi, dan membagikan iman mereka saat ini. Pelayanan digital juga dapat merujuk pada praktik-praktik baik di ruang online maupun offline karena mereka dipengaruhi oleh karakter relasional jaringan budaya digital secara umum Kurikulum bahan pembinaan remaja.
- Kurikulum pembinaan remaja. Dengan memiliki desain kurikulum yang jelas dan tepat bagi pembinaan remaja, diharapkan berbagai kegiatan dan program menjadi terarah, terpadu, dan berkesinambungan. Seluruh kegiatan mengarah ke tujuan yang sama, bukan berjalan sendiri-sendiri. desain kurikulum mesti diawali dengan deskripsi konteks, baik konteks gereja maupun masyarakat, serta panggilan gereja dalam konteks itu. Konteks setempat tidak dapat dilepaskan dari konteks nasional Indonesia, dan global. Unsur-unsur dalam desain kurikulum meliputi: Konteks: lokal, nasional, global, prinsip pengorganisasi (kata kunci kurikulum), filsafat pendidikan, tujuan kurikulum, skopa, materi pembelajaran, proses pembelajaran, metode pembelajaran, pendekatan penilaian (evaluasi), materi kurikulum tercetak. Untuk remaja GKJ dan GKI, ada alat bantu yang menolong yaitu Derap Remaja (GKI) dan Kurikulum Remaja (GKJ).
- Mengembangkan Persekutuan. Dari dokumen “Gereja Menuju Visi Bersama”, diketahui bahwa persekutuan kita (termasuk remaja) bersumber pada kehidupan Trinitas Maha Kudus itu sendiri. Persekutuan merupakan karunia yang memungkinkan Gereja hidup dan, pada saat bersamaan, karunia yang berkat panggilan Allah harus ditawarkan oleh Gereja kepada umat manusia yang terluka dan terpisah di dalam pengharapan akan rekonsiliasi dan penyembuhan. Berangkat dari teologi Trinitaris, disusunlah pengembangan persekutuan bagi remaja.
- Lokakarya. Melalui lokakarya, para peserta menyampaikan tentang pentingnya melakukan pendampingan bagi remaja gereja. Selanjutnya para peserta akan menyampaikan pada Majelis Jemaat (Gereja) yang mengutusnya supaya gereja meningkatkan pelayanan bagi remaja secara serius dengan melibatkan sebanyak mungkin warga gereja, keluarga dan stake holder lainnya supaya remaja bertumbuh dalam kasih karunia Allah.
Selama dua hari peserta menjalin persaudaraan secara akrab. Suasana hening di kompleks LPP Sinode sangat mendukung peserta dalam mengikuti loka karya. Beberapa peserta menyampaikan “Saya tidur sangat pulas, sampai tidak mendengar seruan “sahur… sahur…” dari masjid terdekat LPP Sinode. Semoga para peserta membagikan buah loka karya di gerejanya masing-masing.



Komentar Terbaru