Dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Februari 2025 pukul 08.00 WIB – selesai di LPP Sinode GKJ dan GKI SW Jateng, Samironobaru No. 77, Kompleks LPPS Yogyakarta
Oleh-oleh Pembinaan sehari dari LPP Sinode
Fenomena Worship War (perang ibadah) terjadi di berbagai gereja sejak tahin 60-an. Apa worship war itu? Worship war merujuk pada kondisi gereja yang memiliki dua atau lebih gaya ibadah. Sebagai contoh: ibadah pagi untuk para penggemar liturgi tradisional. Ibadah sore dilaksanakan untuk anggota jemaat yang menggemari ibadah kontemporer. Dampak yang terjadi, dalam gereja terdapat dua kubu yang tidak sejalan. Tim ibadah pagi tidak sejalan dengan tim ibadah sore dan sebaliknya.
Untuk mengatasi fenomena tersebut, LPP Sinode GKJ dan GKI SW Jateng mengadakan pembinaan sehari (BINARI) dengan tema “Blended Worship”. Pdt. Angga Prasetya dari GKI Karangsaru Semarang menjadi fasilitator bagi para peserta yang hadir dari berbagai gereja GKJ dan GKI SW Jateng. Para peserta tampak antusias menikmati materi dan lokakarya yang diadakan di LPP Sinode pada hari Sabtu, 8 Februari 2025.
Untuk mengatasi worship war, terdapat solusi yang bisa dikembangkan. Solusi itu adalah “Blended Worship”. Blended Worship digagas oleh Robert Weber. Ia menyampaikan prinsip-prinsip “Blended Worship” sebagai berikut:
- Berdasar pada Alkitab
- Memperhatikan tradisi pada masa lalu
- Berfokus pada ibadah minggu
- Melibatkan berbagai jenis musik
- Melibatkan berbagai bentuk seni
- Relevansi kalender lirurgi
- Melibatkan berbagai ritual gerejawi
- Perhatian dan integrasi pada pelayanan gerejawi lainnya
Simon Chan menyebutkan bahwa Ibadah berpola Trinitaris dan Blended Worship memiliki pola yang sesuai dengan penghayatan Trinitaris. Dalam ibadah yang berpola Trinitaris terdapat penghayatan bahwa Allah yang kita puji dan sembah adalah Allah yang transenden dan imanen. Atas dasar itu, umat beribadah dengan hormat sekaligus akrab. Dengan demikian, umat mewujudkan ibadahnya dengan didasarkan pada firman Tuhan, berakar pada tradisi, terbuka pada kekinian, menghayati Allah yang transenden dan imanen, sekaligus relevan dengan situasi saat ini.




Komentar Terbaru